
Hari jum'at dan sabtu lalu(17&18 April 2009), tercipta sebuah situasi hangat antara dua negara yang selama ini berseteru. Hugo Chavez, seorang Presiden Venezuela yang selama ini merupakan pengkritik pemerintah Amerikat Serikat dan pernah menuduh Washington berencana membunuhnya, berjabat tangan dengan Barrack Obama, seorang Presiden Amerika Serikat(AS) pada saat pertemuan puncak negara-negara benua Amerika di Trinidad dan Tobago.
Dalam pertemuan puncak negara-negara Benua Amerika di Trinidad dan Tobago tersebut, Obama dan Chavez bertemu dua kali. Setelah sebelumnya mereka berjabat tangan pada hari Jumat, Chavez berjabat tangan kembali pada hari Sabtu sembari memberikan hadiah sebuah buku kepada Obama.Saat menerima hadiah itu, Obama mengira buku itu mengenai Chavez. Namun ternyata, buku itu adalah buku berjudul "Open Veins of Latin Amerika: Five Centuries of Pillage of a Continent karya Eduardo Galeano", dalam versi spanyol, yang bercerita mengenai eksploitasi di wilayah itu.
Sampai saat ini, masih belum ada berita lebih lanjut mengenai pertemuan empat mata dua pemimpin negara yang berpengaruh di dunia ini. Namun, Hugo chavez sendiri berencana untuk membuka hubungan diplomatiknya kembali dengan AS. Hal ini disuratkan dari ucapan Chavez yang berencana untuk mengirim kembali duta besarnya untuk AS. Sebelumnya, pada bulan September lalu, Chavez mengusir perwakilan AS di Caracas sebagai langkah "solidaritas" dengan Bolivia. Saat itu muncul tuduhan bahwa AS akan menggulingkan Presiden Bolivia saat itu, Evo Morales. Akibat dari tindakan Chavez tersebut, Amerika pun melakukan tindakan serupa terhadap perwakilan Kuba di Amerika Serikat.
Terhadap rencana terbaru Chave ini, AS, melalui Departemen Luar Negerinya, mengatakan bahwa pihaknya sedang mempersiapkan pengembalian duta besar negara untuk Venezuela.
Lebih lanjut mengenai pertemuannya dengan Obama tersebut, Chavez mengatakan, "Menurut saya itu adalah saat yang baik...". Selain itu Chavez mengatakan pula, "Menurut saya, Presiden Obama adalah orang yang pintar, dibandingkan dengan presiden sebelumnya". Obama sendiri dalam pertemuan itu meminta kepada para pemimpin di negara Amerika Latin agar tidak menyalahkan permasalahan di negaranya masing-masing kepada AS.
Semoga saja ini akan menjadi awal baru dari hubungan Kuba-AS yang lebih harmonis. Demi terciptanya perdamaian di dunia saat ini.